Gunungsitoli - Atensinews.co.
Menyikapi rencana unjuk rasa yang berpotensi terjadi di Kepulauan Nias mulai 1 September 2024, Majelis Daerah Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam (MD KAHMI) Kepulauan Nias menyerukan semua pihak mengutamakan dialog damai dan kebijaksanaan dalam menyikapi aspirasi masyarakat.
Ketua Umum MD KAHMI Kepulauan Nias, Krisna Savindo, dalam keterangan persnya, Jumat (31/8), menyatakan keprihatinan mendalam atas insiden yang terjadi dalam unjuk rasa nasional di Jakarta, termasuk tewasnya seorang driver ojek online.
"Kami turut berduka atas insiden berdarah di Jakarta. Peristiwa itu meninggalkan luka dan kemarahan mendalam di hati masyarakat. Karena itu, kami mengimbau semua pihak di Nias belajar dari peristiwa tersebut dan menghindari segala bentuk kekerasan," ujar Savindo.
Savindo menekankan, unjuk rasa adalah hak konstitusional warga negara. Namun, esensinya harus ditujukan untuk mencari solusi, bukan konflik.
"Kami apresiasi semangat masyarakat dan mahasiswa menyuarakan kebenaran dan keadilan. Tapi, kami imbau agar aspirasi disampaikan secara tertib, damai, dan santun. Jauhkan diri dari provokasi yang memicu anarkisme," katanya.
Seruan kepada Pejabat Publik dan Aparat
Savindo secara khusus menyampaikan seruan kepada para pejabat publik dan aparat keamanan.
"Kepada Bapak Walikota, Bupati, dan Ketua DPRD se-Kepulauan Nias, kami mohon dengan hormat untuk berbesar hati meluangkan waktu berdialog langsung dengan pengunjuk rasa. Dengarkan dengan tulus setiap aspirasi mereka. Kehadiran dan pendengaran Bapak/Ibu adalah obat yang sangat dibutuhkan rakyat," imbaunya.
Ia juga menyebut Kapolres Nias dan Nias Selatan, berharap aparat dapat mengutamakan pendekatan komunikatif dan humanis.
"Kepada Kapolres, kami menghargai tugas mulia menjaga keamanan. Harapan kami, pendekatan yang digunakan bersifat preventif dan persuasif untuk mencegah eskalasi dan menciptakan situasi kondusif," ujar Savindo.
Kearifan Lokal "Fanutunu Dödö" sebagai Solusi
Savindo mengajak seluruh elemen masyarakat menjadikan kearifan lokal Nias, "fanutunu dödö" (menyelesaikan dengan hati), sebagai landasan menyikapi perbedaan pendapat.
"Sebagai masyarakat Nias yang berlandaskan nilai kekerabatan dan 'fanutunu dödö', kita mampu melewati ujian ini dengan kepala dingin dan hati lapang. Seperti di Aceh dan Sumatra Barat, unjuk rasa bisa berjalan kondusif tanpa kekerasan berkat dialog jujur," Mari bersama kita jaga perdamaian dan ketertiban di Nias," pungkasnya.
(Tim)
0 Komentar